Kamis, 27 Mei 2010

KALAM CINTA TUHAN



Judul: Kalam Cinta dari Tuhan


Penulis: Ali Sobirin
el Muannatsy





Kebebasan yang didapat remaja masa kini, memiliki

dua sisi pemaknaan berbeda. Di satu sisi kebebasan itu dapat tumbuh dan
berkembang ke arah yang baik. Di sisi lain apa yang dinamakan kebebasan itu
sedikit demi sedikit merenggut kehadiran norma-norma sosial dan nilai-nilai
moral dari kehidupan remaja.

Norma-norma dan nilai-nilai itu seolah dilupakan
dan dapat begitu saja dilanggar. Kebebasan yang keblabasan begitu menjadi menarik untuk didapatkan dan
dipraktektan, dan seterusnya menyeret generasi muda ke labirin kesenangan
semu.

Ali Sobirin agaknya melihat fenomena ini sebagai
sebuah gejala yang harus segera dapat ditangani atau paling tidak dapat
disikapi dengan benar. Melalui karya fiksinya-Kalam Cinta dari Tuhan- aktivis yang lebih sering dipanggil Mas
Also ini mencoba menggugah pembaca untuk lebih jauh lagi menelaah gejala sosial
ini. Di dalam novel empat ratusan halaman ini, Mas Also mengatakan bahwa arti
kebebasan sebenarnya akan didapatkan ketika ada tanggungjawab moral yang
menyertai kebebasan itu, tak dapat tidak!

Adalah Joni Kesiangan, seorang mahasiswa di salah
satu perguruan tinggi Islam di Jakarta, yang menjadi pengayuh cerita novel ini.
Joni yang lulusan pondok pesantren, harus merasakan kerasnya hidup di Jakarta.
Hidup yang keras tidak hanya dalam artian susahnya hidup karena minimnya
pekerjaan, tetapi juga godaan-godaan yang ada di dalamnya. Jakarta sebagai kota
metropolitan tentu menawarkan beranekaragam kesenangan dan godaan bagi yang
menempatinya, termasuk pelajar seperti Joni.

Joni atau Alim Murthadany ini, adalah seorang
figur yang disenangi kawan-kawannya. Seorang figur yang dapat dikatakan menjadi
panutan bagi teman-temannya. Cerdas, bijak, penuh keterbukaan, dan menghargai teman
dan apa yang diperolehnya, serta agak ambisius. Dengan sifat-sifat seperti
inilah, ia selalu dikelilingi dan disenangi oleh orang di sekitarnya, termasuk
teman-teman perempuannya. Bahkan seorang tante-tante pun sempat tertarik
padanya, dan sempat hendak menjerumuskannya, meski demikian, karena ketulusan
dan keikhlasan dalam menjalin hubungan, Joni tetap dalam penjagaan Tuhan.

Yang begitu menarik dari novel ini adalah selain
dikemas dengan bahasa yang enak, isinya pun sarat akan pesan moral yang dalam,
terutama tentang konsep permisifisme dan al-hayya. Permisifisme yang kata
lainnya adalah kebebasan yang keblabasan,
merupakan satu kondisi di mana batasan-batasan yang diciptakan nilai-nilai dan
norma-norma tak lagi berlaku. Baik-buruk tak ada bedanya, semuanya baik asalkan
sesuai hasrat atau keinginan (hal.341). Di sini, melalui tokoh Joni, Mas Also
mengatakan bahwa budaya permisifisme ini terjadi karena kurangnya pengawasan
dan perhatian terhadap generasi muda. Peran orang tua tak lagi jelas di era, di
mana mereka memerankan diri hanya dalam tataran pemenuhan kebutuhan materi bagi
anak-anak mereka, padahal ada kebutuhan lain—batin—yang seharusnya menjadi
fokus dalam “keluarga”. Peran orang tua harusnya mendidik anak-anaknya agar
dapat bermoral dan bermartabat, dengan menjadi figur yang baik bagi
anak-anaknya tentunya. Materi penting, tapi kasih sayang dan perhatian untuk
memenuhi kebutuhan batin anak lebih penting.

Di tingkat lanjut setelah keluarga, anak-anak muda
sulit sekali menemukan figur-figur baik yang siap menjadi panutan. Figur-figur
yang selama ini ada, lebih banyak menampilkan sisi negatif dari pada
positifnya. Seharunya ada simbiosis yang baik dalam ranah yang lebih luas ini,
di mana orang tua berperan untuk menjadi figur yang baik dan lingkungan
membantu memberi makna kehidupan pada si anak dari sisi yang lain. Jadi antara
keluarga dan masyarakat ada semacam hubungan simbiosis mutualisme dalam
membentuk karakter anak.Selain figur, dari sejak dini, harusnya anak-anak
sudah diajarkan apa itu namanya budaya malu (al-hayya). Budaya ini akan
membentuk watak dan perilaku anak untuk malu ketika melakukan sesuatu yang
tidak baik atau benar. Bukankah saat ini bangsa ini sulit sekali menemukan
orang-orang yang malu ketika berbuat tidak benar, kasus korupsi misalnya.
Maraknya praktek korupsi di negeri ini, adalah indikator yang menunjukkan bahwa
negeri ini tak lagi memiliki budaya malu. Yang ada adalah budaya muka tembok yang tanpa malu caplok sana,
caplok sini, tak peduli jika ada saudaranya dilanda kemiskinan, diambang
kehancuran.

Secara garis besar novel ini, enak dan asyik serta
baik dibaca oleh siapapun, termasuk para pelajar yang memang menjadi fokus di
mana pesan-pesan itu ingin disampaikan. Mas Also cukup berhasil meramu novel
ini dengan begitu apik, dari sekedar cerita cinta diolah menjadi karya sastra
penuh nilai dan pesan-pesan penuh makna. Selain itu, novel ini juga memiliki
kedetailan pendiskripsian yang tinggi, bahkan terlihat begitu akurat, tentu hal
ini akan membuat pembaca terbawa ke dalam ikatan emosional yang lebih pada
setiap alur cerita dalam novel ini. pendiskripsian yang hampir sempurna inilah
yang menjadikan nilai lebih dari novel ini.

Mungkin hanya pada penarikan pola hubungan antar
tokoh yang mengalami sedikit “kekerasan” dalam penuturannya. Pola hubungan yang
nampak begitu dipaksakan itu jelas terlihat pada pola hubungan keluarga Pak
Sana (Ayah Joni) dan Pak Dhany (ayah Tari, pasangan Joni). Banyak sekali
kebetulan yang ada dalam hubungan dua keluarga ini. Pak Sana dan Pak Dhany
kebetulan teman lama waktu masa-masa nyantri, dan anak-anak mereka (Joni dan
Tari) kebetulan menjadi sepasang kekasih. Ini mengakibatkan hilangnya sedikit
rasa gereget yang seharusnya dapat
dimunculkan di sini. Padahal rasa itu bisa muncul misalnya bila hubungan Joni
dan Tari agak dipersulit, anggap orang tua mereka tidak saling kenal dan Joni
harus berjuang keras untuk mendapatkan Tari, tentu ini akan lebih menarik. Meskipun
kesederhanaan ini memunculkan sedikit ruang kosong, namun ini agaknya tak
terlampai fatal. Ruang kosong itu hanyalah implikasi dari upaya Mas Also untuk
menghadirkan happy ending dalam novel
ini, dan lagi-lagi itu hanya membiarkan sedikit rasa gereget dalam novel itu hilang tanpa menegasikan
kenikmatan pembaca ketika mengarungi Kalam
Cinta dari Tuhan.

tentang saya

Foto Saya
Langga Gustanto
The man who wrote a hobby
Lihat profil lengkapku

Followers


ShoutMix chat widget